Minggu, 25 Agustus 2013

Sa'id Bin Zubair, Darinya Kami Belajar Menghadapi Kedzaliman

Dahulu, kedzaliman penguasa juga pernah terjadi..
dalam masa khalifah Abdul Malik Bin Marwan, hidup seorang Gubernur lalim Hajjaj Bin Yusuf ats-Tsaqafi..sewenang-wenang dan melakukan pembunuhan terhadap 120.000 jiwa.

Said Bin Zubair, salah seorang paling alim dikalangan tabi'in tertangkap...Ia dibawa menghadap kepada Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi.

Perhatikan  dialognya yang cerdas dengan Hajjaj, keteguhan dan ketenangannya menghadapi orang yang berbuat dzalim ....dan akhirnya Ia ditakdirkan sebagai penutup atas kedzaliman yang dilakukan oleh Al- Hajjaj.


Hajjaj bertanya kepadanya, “Siapa namamu?”


Ia menjawab, “Sa’id bin Jubair.”
Hajjaj berkata, “Bukan, kamu adalah Syaqi bin Kusair.”
Ia menanggapi, “Ibuku lebih mengetahui namaku daripada dirimu.”
Hajjaj menambahkan, “Celaka ibumu dan juga kamu.”
Ia menjawab, “Yang mengetahui hal ghaib bukanlah kamu.”
Hajjaj berkata, “Sungguh, aku akan mengganti duniamu dengan api yang menyala-nyala.”
Ia berkata, “Seandainya aku mengetahui hal tersebut, pastilah saya menjadikanmu sebagai Tuhan.”
Hajjaj berkata, “Apa pendapatmu mengenai Muhammad?”
Ia menjawab, “Beliau adalah Nabi yang membawa kasih sayang dan pemimpin orang yang mendapat petunjuk.”
Hajjaj melanjutkan, “Apa pendapatmu mengenai Ali? Apakah ia di surga atau di neraka?”
Ia menjawab, “Jika engkau telah masuk ke dalam neraka dan kamu mengetahui siapa yang berada di dalamnya, pastilah engkau mengetahui penduduk neraka.” 
Hajjaj bertanya lagi, “Apa pendapatmu mengenai para khalifah?”
Ia menjawab, “Saya bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.” 
Hajjaj melanjutkan, “Siapakah di antara mereka yang paling engkau sukai?”
Ia menjawab, “Orang yang paling diridhai oleh Sang Penciptaku.”
Hajjaj bertanya, “Siapa orang yang paling diridhai oleh Sang Pencipta?”
Ia menjawab, “Pengetahuan mengenai hal ini ada di sisi Dzat yang mengetahui rahasia dan bisikkan mereka.”
Hajjaj  berkata, “Saya ingin engkau jujur kepadaku.”
Ia menjawab, “Jika saya tidak menjawab pertanyaanmu, berarti saya tidak berdusta kepadamu.’
Hajjaj berkata, “Mengapa engkau tidak tertawa?”
Ia menjawab, “Bagaimana bisa tertawa seorang makhluk yang diciptakan dari tanah sedangkan tanah dapat dilalap api.”
Hajjaj berkata, “Bagaimana dengan kami yang bisa tertawa?”
Ia menjawab, “Karena hati manusia tidaklah sama.”
Hajjaj hendak membujuk Sa’id dengan keindahan dan permainan dunia. Lantas ia memerintahkan agar didatangkan mutiara, zamrud, dan permata. Semua benda tersebut dikumpulkan di hadapannya.
Sa’id berkata kepada Hajjaj,. Tidak ada kebaikan sedikit pun dalam sesuatu yang dikumpulkan hanya untuk dunia kecuali harta yang baik dan dizakati.”
Lantas Hajjaj menyuruh agar diambilkan alat musik gambus dan seruling. Ketika kecapi itu dimainkan dan seruling ditiup, Sa’id menangis, lalu Hajjaj bertanya, “Apa yang membuatmu menangis? Apakah permainan musik ini?”
Sa’id menjawab, “Yang membuatku menangis ialah kesedihan. Tiupan tersebut mengingatkanku akan hari agung, yaitu hari sangkakala ditiup. Sedangkan kecapi tersebut berasal dari pohon yang ditebang tanpa hak, tali senarnya berasal dari kulit kambing yang akan dibangkitkan bersamanya pada Hari Kiamat.”
Lantas Hajjaj berkata, “Celakalah engkau Sa’id!”
Sa’id menimpali, “Tidak ada celaka bagi orang yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.’
Lalu Hajjaj berkata, “Pilihlah Sa’id, dengan cara yang mana aku akan membunuhmu!"
Ia menjawab, “Terserah kamu sendiri, hai Hajjaj! Demi Allah, Engkau tidak akan membunuhku melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan membunuhmu dengan cara yang sama.”
Hajjaj berkata, “Apakah kamu ingin saya ampuni?”
Ia menjawab, “Sesungguhnya ampunan ialah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan kamu tidak mempunyai hak membebaskan dan memberi ampunan.”
Hajjaj berkata kepada tentaranya, “Bawalah ia pergi, lalu bunuhlah dia.” Ketika Sa’id dibawa keluar, ia tertawa. Lantas Hajjaj diberitahu mengenai hal ini, lalu Sa’id dibawa kembali lagi.
Hajjaj bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa?”
Ia menjawab, “Saya takjub pada kelancanganmu terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kesabaran-Nya terhadapmu.”
Hajjaj berkata, “Bunuhlah dia!” Hajjaj marah...dan wajah Said dihadapkan ke arah kiblat..
Lalu Sa’id mengucapkan:
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-An’am: 79)
Hajjaj berkata, “Hadapkanlah wajahnya ke selain arah kiblat.”

Lalu Sa’id berkata : " kemanapun kamu menghadapkan wajahmu, di sanalah wajah Allah berada"

Al Hajjaj berkata : " sungkurkan wajahnya ke tanah."
Said mengucapkan:
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS. Thaahaa: 55)
Hajjaj berkata, “Sembelih dia!” sungguh tidak ada yang lebih kuat hafalan Alqurannya, selain dia."
sebelum dibunuh Said berkata:
“Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang benar selain Allah Yang Esa. Tiada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Ambillah dariku sampai engkau bertemu denganku pada hari Kimat.”
Kemudian Sa’id berdoa, “Ya Allah! Janganlah engkau memberinya kesempatan untuk membunuh seorang pun setelah aku.”
Sa’id dibunuh pada bulan Sya’ban tahun 96 H. Setelah itu Hajjaj meninggal dunia pada bulan Ramadhan pada tahun itu juga. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberinya kesempatan untuk membunuh seorang pun setelah Sa’id hingga ia meninggal dunia.
Pada saat Sa’id disembelih, ternyata darahnya mengalir sangat banyak. Lantas Hajjaj memanggil para dokter. Ia menanyakan kepada mereka mengenai Sa’id dan orang-orang yang telah ia bunuh sebelumnya. Sesungguhnya orang-orang yang dibunuh sebelum Sa’id, darahnya yang mengalir hanya sedikit. Lantas para dokter menjawab, “Ketika Sa’id dibunuh, nafasnya masih bersamanya. Darah itu mengikuti nafas. Sedangkan selain Sa’id, ternyata nafasnya telah hilang lantaran ketakutan. Oleh karena itulah darah yang mengalir hanya sedikit.”
Ketika Hasan al-Basri mengetahui bahwa Hajjaj telah membunuh Sa’id bin Jubair dengan cara disembelih, maka ia berdoa, “Ya Allah! Binasakanlah orang fasik yang keterlaluan itu. Demi Allah, seandainya semua yang ada di antara langit dan bumi bekerja sama untuk membunuh Sa’id. Pastilah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menceburkan mereka semua ke dalam neraka.”
Menjelang kematiannya, Hajjaj pingsan kemudian sadar kembali, ..Ia bermimpi melihat  Sa’id sedang memegang ujung pakaiannya, mencekiknya dan berkata kepadanya, “Hai musuh Allah! Dalam rangka apa kamu membunuhku?” Lantas ia pun terbangun dalam keadaan ketakutan dan berujar .. “Apa yang terjadi pada diriku dan Sa’id bin Jubair?” 
lalu ditanyakan kepadanya, “Apa yang diperbuat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadapmu saat kau sudah meninggal?” Ia menjawab, “Dia membunuhku satu kali  untuk setiap orang-orang yang kubunuh. Namun Dia membunuhku sebanyak 70 kali atas membunuh Sa’id bin Jubair.”
Sa’id bin Jubair merupakan salah seorang yang paling hafal Alquran al-Karim dan sangat mengetahui tafsir sebagaimana ia juga orang yang paling mengetahui hadis, halal, dan haram. Wafa’ bin Iyas berkata, “Pernah suatu hari Sa’id berkata kepadaku pada bulan Ramadhan, ‘Pertahankanlah untuk terus membaca Alquran.’ Makanya, beliau tidak beranjak dari tempatnya sebelum mengkhatamkan Alquran. Sa’id berkata mengenai dirinya sendiri, “Saya membaca Alquran secara keseluruhan di dalam dua rekaat shalat sunah di Baitullah yang mulia.”
Kita banyak belajar atas keteguhan dan ketenangannya menghadapi kekuasaan yang dzalim..Semoga Allah merahmatinya dan memberinya pahala.
Percayalah kedzaliman akan menemuhi ajalnya sendiri dalam ketakutan dan kegelisahan..sedang para Syuhada akan berkumpul bersama yang mereka cintai di syurga..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar