Kamis, 01 Januari 2015

2014 Bagi Kami

Rintik hujan membasahi jendela transjakarta sore itu, 31 Desember 2014. Jam masih menunjukan pukul 15.40 WIB. Hari ini jalan thamrin hingga merdeka barat ditutup untuk persiapan Jakarta Night Carnival, persiapan menyambut pesta malam pergantian tahun. Beruntung, karena kantor berada didaerah thamrin maka jam pulang kantor lebih cepat. 

Saat saya asyik memandangi rintik hujan dijendela transjakarata yang melaju pelan, handphone berdering, rupanya dari seseorang yang selama 5 bulan ini menemani perjuangan saya di Jakarta, seseorang yang tak banyak orang menganggapnya istimewa, namun semakin saya mengenalnya semakin saya tau bahwa beliau istimewa dan saya bersyukur menjadi Istrinya.

"Assalamualaikum, Pulang jam berapa lie?"
"Waalaikumussalam, ini sudah di jalan bie..ubie pulang jam brp?"
"ini sudah mw pulang, belum ada kabar kajian malam ini, UBN sedang umroh"
"oke ketemu dirumah ya.,Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam."

Sejak tanggal 1 Agustus 2014, entah bagaimana ceritanya kami memiliki panggilan istimewa untuk satu sama lain, beliau memanggil saya ulie dan saya memanggil beliau ubie..terdengar aneh, kekanak-kanakan, bukan karakter kami banget, namun akhirnya kami beradaptasi dan menyukainya. Bahkan panggilan tersebut menjadi indikator apakah saya sedang kesal atau tidak dengan beliau. saat saya kesal saya akan memanggil beliau "Mas Bayu" saat saya tidak kesal saya akan memanggil beliau ubie.

Rencananya malam ini kami ingin mengikuti kajian malam pergantian tahun di AQL bersama Ustad Bathiar Nasir, namun sepertinya tahun ini berbeda dengan tahun lalu, UBN sedang melaksanakan umrah sehingga tidak ada mabit malam akhir tahun seperti tahun lalu. Mas Bayu sudah lama ikut kajian AQL sejak beliau di Jakarta, dan sejak 5 bulan lalu saya pindah ke Jakarta, beliau juga yang memperkenalkan saya dengan kajian-kajian di AQL. 

Sesampainya "dirumah" (begitu kami menyebutnya walaupun sebenarnya hanya kostan sederhana berukuran 3x4 meter, cukup sempit hingga kami harus menyewa 1 kamar lagi bersebelahan dengan kamar utama, untuk menyimpan barang-barang kami yang begitu banyak, yang sebagian besar didominasi oleh buku-buku. Bagi kami tempat ini adalah rumah, tempat melepas lelah, tempat kami berdiskusi, tempat kami menata dan merencanakan masa depan kami). Kami hanya menonton TV bersama sambil makan mie ayam, sesekali melontarkan obrolan tentang apa saja yang terjadi dikantor seharian ini.

Hari ini kami memutuskan untuk dirumah saja, melaksanakan shalat magrib dan isya bersama, tilawah dilanjutkan menelphone Bapak-Ibu yang ada di Surabaya dan Sidoarjo. Tidak ada yang perlu dispecialkan bagi kami malam ini, paginyapun kami hanya terbangun sebelum subuh dan shalat subuh berjamaahnya, setelahnya saya masak dan sarapan bersama. Mengawali hari pertama di tahun 2015 kami hanya mampu bersyukur kepada Allah SWY diselah-selah doa shalat dhuha kami, bahwa kami semakin dekat dengan rencana-rencana masa depan kami, dan kami semakin bersyukur ditakdirkan bersama. Semoga kebersamaan kami adalah kebersamaan yang baik lagi bermanfaat.