Minggu, 24 Februari 2013

Graduation

Just Remember
my graduation ceremony, about 7th mounth ago..July 8th 2012
finally i finished my bachelordegree
tanpa persiapan yang berarti, karena sehari seblumnya masih ada tugas blusukan ke Tuban bwt sharing sama pemuda2 disana..
pake dress (my own design dress), sengaja menghindari kebaya, selain tidak cocok dengan postur badan yang kecil juga terlihat lebih syari..:)
and how the make up?and the hijab? i do my self..gak ada waktu buat kesalon, malah ibu dan adek minta dimakeupin juga...how the result? not bad lah ..:)

haha..intinya semoga ilmu yg didapat berkah bagiku, orang-orang disekitarku, negara ku, yang terpenting agama ku..terimakasih untuk sampoerna foundation, untuk gelar S1 ini. Menyadari bahwa sebagai mahasiswa hasil dari beasiswa penuh, bahkan tanpa harus memikirkan uang bulanan, uang buku, uang internet, masih ditambah dengan pengembangan diri..harusnya saya lebih banyak berkontribusi..semoga saya amanah..



and you guys, thank for coming :)

Senin, 11 Februari 2013

Ibu dan Istri, Pahala Besar Bagi Mereka


Akhir Desember lalu Ibu mengalami stroke akibat komplikasi diabetes dan hipertensi. Artinya Ibu harus beristirahat dari kegiatan fisik apapun dirumah. Jangankan berkegiatan fisik, untuk mandi, mengganti baju, makan atau sekedar menyisir rambut,harus banyak dibantu. Belum lagi kondisi psikologis beliau yang begitu sensitif saat harus mendapati kondisi tubuhnya yang tidak seaktif dulu.

hal ini menyebabkan banyak pekerjaan rumah yang biasanya ditangani oleh ibu harus digantikan. Saya, sebagai anak pertama,mau tidak mau harus menggantikan seluruh peran Ibu dirumah. Mulai dari bangun sebelum subuh, langsung meluncur kedapur, memasak air untuk mandi ibu, memasak nasi ,membereskan meja makan dan mencuci piring menjadi kegiatan yang rutin dikerjakan sebelum shalat subuh. Bada shalat subuh dan tilawah, harus segera pergi belanja dan memasak untuk sarapan bapak dan adik-adik. Belum lagi dirumah ada toko yang harus tetap diurusi. Beruntung beda usia ku dan adik2 tidak terlampau jauh. Jadi masih bisa mendelagasikan beberapa tugas rumah, misalnya pergi ke laundry  atau menyapu dan mengepel rumah. Beruntung juga memasak bukan hal asing bagi saya. Sejak kecil Ibu sudah melibatkan saya di dapur.

Dari beberapa pekerjaan itu saja, saya sudah sangat merasakan betapa tidak mudah menjadi Istri dan Ibu dalam rumah tangga, belum lagi jika masih harus menyiapkan keperluan sekolah, melayani Suami, menjadi tempat diskusi, sumber pendidikan anak, mengatur keuangan keluarga, bertetangga yang baik dan peran- peran yang lain. Hal itupun tidak dijalani hanya dalam waktu seminggu atau dua minggu, namun bertahun-tahun lamanya.

Maka tidaklah heran jika Rasulullah bersabda dalam hadist nya :
Dari Abu Hurairah ra berkata:
Ada seseorang yang datang menghadap Rasulullah dan bertanya: Ya Rasulallah, siapakah orang yang lebih berhak dengan kebaikanku? Jawab Rasulullah: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa? Jawabnya: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa? Jawabnya: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa? Jawabnya: Ayahmu. HR Al Bukhariy, Muslim, dan Ibnu Majah

Bahwa ibu memiliki tiga kali hak lebih banyak daripada ayahnya. Karena kata ”ayah” dalam hadits disebutkan sekali sedangkan kata ”ibu” diulang sampai tiga kali. Hal ini bisa difahami dari kerepotan ketika hamil, melahirkan, menyusui. Tiga hal ini hanya bisa dikerjakan oleh ibu, dengan berbagai penderitaannya, kemudian ayah menyertainya dalam tarbiyah, pembinaan dan pengasuhan.


Hal ini diisyaratkan pula dalam firman Allah:

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. QS. Luqman.
Belum lagi hadist  dan ayat-ayat Allah tentang seorang Istri. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya menjadi sumber surga bagi wanita selama mereka menjalankannya sesuai dengan arahan Islam.

Maka kini, walau pada saat tulisan ini dibuat saya belum menjadi keduanya, saya banyak sekali bersyukur..

Dalam keadaan sehat bahkan sakitpun ibu selalu memberikan saya pelajaran untuk menjadi Istri dan Ibu yang baik dikemudian hari..

Dia tak seberpendidikan Ibu2 yang lain, Dia hanya perempuan desa lulusan SD..
Yang tak lelah bekerja apapun untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya
Cerewetnya minta ampun..banyak bicara, mudah panik, dan selalu tergesa-gesa..
tapi semua orang tahu, dia begitu luar biasa memuliakan tamu…
Selalu mendoakan anak-anaknya disetiap shalatnya, walaupun masih harus diajari membaca Alquran..
penampilannya sederhana..tak sepintar ibu2 yg lain dalam bersolek..
begitu gelisah saat harus menjadi ibu RT, sebab suaminya terpilih menjadi pak RT
hanya takut sebab dia tidak bisa berbicara didepan umum, hanya takut karena dy tidak begitu bagus menulis, hanya takut karena membacanya tidak selancar yang lain….
no matter u. ..u always be my everything..Ibu Triyatun


 my lovely family, Semoga Islam dan Iman selalu menyertai kami