Akhir
Desember lalu Ibu mengalami stroke akibat komplikasi diabetes dan hipertensi.
Artinya Ibu harus beristirahat dari kegiatan fisik apapun dirumah. Jangankan
berkegiatan fisik, untuk mandi, mengganti baju, makan atau sekedar menyisir
rambut,harus banyak dibantu. Belum lagi kondisi psikologis beliau yang begitu
sensitif saat harus mendapati kondisi tubuhnya yang tidak seaktif dulu.
hal
ini menyebabkan banyak pekerjaan rumah yang biasanya ditangani oleh ibu harus
digantikan. Saya, sebagai anak pertama,mau tidak mau harus menggantikan seluruh
peran Ibu dirumah. Mulai dari bangun sebelum subuh, langsung meluncur kedapur,
memasak air untuk mandi ibu, memasak nasi ,membereskan meja makan dan mencuci
piring menjadi kegiatan yang rutin dikerjakan sebelum shalat subuh. Bada shalat
subuh dan tilawah, harus segera pergi belanja dan memasak untuk sarapan bapak
dan adik-adik. Belum lagi dirumah ada toko yang harus tetap diurusi. Beruntung
beda usia ku dan adik2 tidak terlampau jauh. Jadi masih bisa mendelagasikan
beberapa tugas rumah, misalnya pergi ke laundry
atau menyapu dan mengepel rumah. Beruntung juga memasak bukan hal asing
bagi saya. Sejak kecil Ibu sudah melibatkan saya di dapur.
Dari
beberapa pekerjaan itu saja, saya sudah sangat merasakan betapa tidak mudah
menjadi Istri dan Ibu dalam rumah tangga, belum lagi jika masih harus
menyiapkan keperluan sekolah, melayani Suami, menjadi tempat diskusi, sumber
pendidikan anak, mengatur keuangan keluarga, bertetangga yang baik dan peran-
peran yang lain. Hal itupun tidak dijalani hanya dalam waktu seminggu atau dua
minggu, namun bertahun-tahun lamanya.
Maka tidaklah
heran jika Rasulullah bersabda dalam hadist nya :
Dari Abu
Hurairah ra berkata:
Ada seseorang yang datang menghadap Rasulullah dan
bertanya: Ya Rasulallah, siapakah orang yang lebih berhak dengan kebaikanku?
Jawab Rasulullah: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa? Jawabnya: Ibumu. Ia
bertanya lagi: Lalu siapa? Jawabnya: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa?
Jawabnya: Ayahmu. HR Al Bukhariy, Muslim, dan Ibnu Majah
Bahwa ibu
memiliki tiga kali hak lebih banyak daripada ayahnya. Karena kata ”ayah” dalam
hadits disebutkan sekali sedangkan kata ”ibu” diulang sampai tiga kali. Hal ini
bisa difahami dari kerepotan ketika hamil, melahirkan, menyusui. Tiga hal ini
hanya bisa dikerjakan oleh ibu, dengan berbagai penderitaannya, kemudian ayah
menyertainya dalam tarbiyah, pembinaan dan pengasuhan.
Hal ini diisyaratkan
pula dalam firman Allah:
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. QS. Luqman.
Belum lagi
hadist dan ayat-ayat Allah tentang
seorang Istri. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya menjadi sumber surga
bagi wanita selama mereka menjalankannya sesuai dengan arahan Islam.
Maka kini,
walau pada saat tulisan ini dibuat saya belum menjadi keduanya, saya banyak
sekali bersyukur..
Dalam
keadaan sehat bahkan sakitpun ibu selalu memberikan saya pelajaran untuk
menjadi Istri dan Ibu yang baik dikemudian hari..
Dia tak seberpendidikan Ibu2 yang lain, Dia hanya perempuan desa lulusan SD..
Yang tak
lelah bekerja apapun untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya
Cerewetnya
minta ampun..banyak bicara, mudah panik, dan selalu tergesa-gesa..
tapi semua
orang tahu, dia begitu luar biasa memuliakan tamu…
Selalu mendoakan
anak-anaknya disetiap shalatnya, walaupun masih harus diajari membaca Alquran..
penampilannya
sederhana..tak sepintar ibu2 yg lain dalam bersolek..
begitu
gelisah saat harus menjadi ibu RT, sebab suaminya terpilih menjadi pak RT
hanya takut
sebab dia tidak bisa berbicara didepan umum, hanya takut karena dy tidak begitu
bagus menulis, hanya takut karena membacanya tidak selancar yang lain….
no matter u. ..u always be my everything..Ibu
Triyatun
my lovely family, Semoga Islam dan Iman selalu menyertai kami