“Ya Rabbana, tempatkan aku pada tempat yang diberkahi dan Engkau adalah
sebaik-baik pemberi tempat” ( QS. Al Mukminun : 29)
Setelah lama tidak menulis karena
minimnya waktu, sekarang mencoba menulis kembali. Sebagai sarana pengingat
bahwa ada masa – masa yang telah terlewati dan perlu sekali disyukuri. Termasuk
masa dimana saya dan suami membuat salah satu keputusan besar didalam hidup
kami, dalam 3 bulan usia pernikahan kami. Keputusan membeli rumah.
01 Agustus 2014
Saya dan calon suami akhirnya
resmi menikah, setelah 2,5 bulan sebelumnya dilaksanakan khitbah.
03 Agustus 2014
Pertama kali kami safar bersama,
kembali ke Jakarta. kembali ke amanah kami masing-masing, saya di OJK beliau di
Kemenristek Dikti (waktu itu masih Kemendikbud).
01 Desember 2014
Diskusi serius dengan suami malam
itu menghasilkan kesimpulan bahwa zona nyaman itu melenakan. Hidup dijakarta
sebagai pasangan muda yang belum memiliki momongan membuat kami merasa aman. Kami
merasa sudah cukup sejahtera hanya dengan terpenuhinya sandang dan pangan
setiap bulan, bisa menyisihkan tabungan dan investasi rutin meski kecil-kecilan.
Kenyataannya kami merasa ada yang kurang, harus ada langkah besar yang membuat
kami mau tidak mau harus keluar dari zona nyaman ini. Kami sepakat membeli
rumah bisa jadi salah satu jalannya. Padahal saat itu tabungan kami pas-pasan,
jangankan buat DP, buat biaya KRP saja tidak cukup. hahaha...dont worry be happy, ada Allah maha
pemilik rezeki, bismillah saja, bukannya semua hal harus diawali dari bab
pertama, bab niat.
15 Desember 2014
Too many people dont bother with their finance, then look up one day
and wonder where the money went. it’s time for a plan.
Mulai hari ini kami mulai mencari
informasi, kira – kira bagaimana caranya kami mendapatkan cukup dana untuk
memulai membeli rumah. Pasalnya tidak ada modal sama sekali yang kami punya,
tabungan dan investasi kami masih terlalu kecil nilainya, pun tidak mungkin
mengandalkan donatur dari orang tua, sebab kedua orangtua kami hidup
bersederhana yang justru menjadi kewajiban kami membantu mereka dalam hal
finansial.
20 Desember 2014
Alhamdulillah, Allah bukakan
jalannya. Ada kemudahan fasilitas pinjaman dari kantor yang cukup untuk DP dan
biaya-biaya. Tinggal cari rumahnya dan cari Bank yang sesuai dengan tujuan
kami.
1 Maret 2015
Sejak itu istirahat makan siang
kami dan diskusi malam kami serta weekend
kami jadi lebih banyak didominasi pencarian lokasi rumah, pembicaraan seputar rumah
dan survey lihat rumah kesana kemari plus
datang ke beberapa acara pameran properti.
Hahaha ternyata benar kata orang,
cari rumah itu kayak cari jodoh. Pas lokasinya cocok, pas budgetnya gak cukup.
Pas budgetnya cukup, pas lokasinya kurang sreg dihati. Pas budget oke, pas
lokasi yang diinginkan, eh ternyata sudah keduluan orang lain. Hahaha cari
jodoh kadang memang serumit itu, ternyata begitupun cari rumah.
20 Maret 2015
Setelah beberapa kali patah hati
karena tak kunjung mendapatkan rumah yang sesuai, akhirnya kami mencoba untuk
mempersempit lokasi pencarian kami. Secara hidup dijakarta memang tidak mudah,
dimana harga rumah sudah tidak masuk diakal, pun jika itu lokasinya di kota –
kota pinggiran Jakarta. Harga 1 rumah kecil nan minimalis di Jakarta dan sekitarnya,
seharga 1 rumah atau bahkan 2 rumah berukuran besar di daerah. Belum lagi
kebutuhan lokasi strategis dengan transportasi massal yang mudah dijangkau,
tidak macet, hemat waktu, tenaga dan biaya plus terhindar dari banjir. aiiih
susahnya...
Setelah memilah dan memilih,
dengan berbagai pertimbangan, menghitung faktor cost benefit dan lain
sebagainya, akhirnya kami memutuskan untuk mencari rumah di daerah tangerang
selatan, bintaro dan sekitarnya.
30 Maret 2015
Akhirnya rumah yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan kami ketemu juga, padahal kali ini lokasinya tidak
terpikirkan, dapet lokasi inipun karena lokasi tujuan sudah sold out, dan kebetulan developernya
membangun perumahan yang lain yang tidak jauh dari lokasi yang kami cari
sebelumnya. Hahaha benar yaaa... namanya juga cari rumah jodoh-jodohan, yang
gak kepikir dan ditarget sebelumnya malah cocok. Akhirnya langsung bayar booking fee, dan menyiapkan
berkas-berkas untuk pengajuan KPR.
Karena kami membeli rumah di
perumahan kecil berbentuk cluster dengan developer yang kecil pula, maka sistem
yang diterapkan saat kami memutuskan membeli rumah tersebut adalah yang kami
beli baru berupa tanah kavling, dan bangunan rumah baru akan dibangun saat KPR
kami disetujui. Untungnya dengan sistem itu, kami bisa request bagaimana bentuk
rumahnya dengan ketentuan tanpa boleh merubah tampilan depan. Dengan modal uang
pinjaman dari kantor akhirnya kami memutuskan untuk mengembangkan sedikit
bagian bangunan dari bangunan standar rumah aslinya.
16 April 2015
Hari itu saya dan suami harus
ijin masuk kantor setengah hari, karena harus berangkat ke cabang salah satu
Bank untuk melakukan akad kredit KPR. Jika saya ingat, prosesnya cukup mudah,
hanya dua minggu dari pengajuan berkas, langsung disetujui dan bisa akad
kredit. Sebagai gambaran apabila ingin mengajukan KPR perlu disiapkan beberapa
hal sebagai berikut :
- KTP suami dan istri, hal ini untuk melihat apakah saya memiliki catatan di BI Checking, sudahkan saya punya pinjaman lain sebelumnya, serta bagaimana track record saya dalam transaksi perbankan. Jika tidak ada masalah dalam hal ini biasanya kemungkinan besar pasti pengajuan KPR akan disetujui
- Siapkan dana awal, minimal untuk DP rumah (10% hingga 30% dari harga rumah), biaya notaris dan BPHTB, Balik nama, dll serta Biaya KPR
- Mengisi formulir pengajuan KPR. Bank syariah maupun konvensional hampir sama isi formulirnya. FYI, sebelum memutuskan mau mengajukan di Bank mana, lakukan survey terlebih dahulu, pelajari dan teliti, terutama terkait biaya, jangka waktu cicilan, dll. Sudah banyak beredar artikel maupun tanggapan ahli di internet mengenai hal ini. Antara preferensi menggunakan Bank konvesional dan Bank Syariah, hingga preferensi mengapa lebih baik menggunakan satu Bank ini dibandingkan dengan Bank yang lain. Pilih yang sesuai kebutuhan dan keyakinan.
- Saat akad kredit berlangsung biasanya dihadiri developer, kami suami istri sebagai pembeli (karena berkas perjanjian harus ditandatangani kami berdua), notaris dari pihak Bank dan developer, serta pegawai Bank yang bersangkutan.
- Jangan buru-buru tanda tangan, pastikan semua klausula hak dan kewajiban dalam perjanjian dibaca dengan seksama, biasanya petugas Bank atau notaris yang membacakan. perlu diingat bahwa membeli rumah dengan status SHM akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan SHGB (bisa baca artikel mengenai hal ini).
- Saat akad kredit selesai, jangan lupa minta copy perjanjian dokumen-dokumen tersebut.
- Mengingat membeli rumah adalah sebuah langkah finansial yang sangat besar, dengan melibatkan dana besar pula serta waktu yang cukup lama, maka perlu diperhitungkan dengan seksama sekaligus mohon petunjuk dari Sang Maha Pemberi Rizky agar selalu diberikan kemudahan.
20 April 2015
Alhamdulillah, pembangunan rumah
dimulai. Developer menjanjikan 6 bulan selesai, namun karena terputus bulan
puasa dan balada tukang yang pulang kampung dan gak balik lagi serta beberapa
request tambahan dari kami, akhirnya rumah benar2 terealisasi selesai pada
akhir bulan oktober 2015.
19 Desember 2015
Hari ini nyicil pasang gorden
setelah seminggu lalu nyicil pasang lampu, rencananya mau pindahan sepenuhnya
awal tahun 2016, namun karena ada kabar duka ibuk masuk rumah sakit dan harus
harus dirawat lama, akhirnya niat itu kami urungkan.
Hari ini, 8 Januari 2015
saat saya sempat menulis ini
(karena server kantor lagi down dan semua kerjaan gak bisa diakses) saya merasa
syukur luar biasa, alhamdulillah...Allah mempermudah niat kami waktu itu untuk
memiliki aset berupa rumah. Meski berukuran kecil, meski masih nyicil bayar dan
nyicil isinya, tapi Allah mempermudah semuanya. Seperti pepatah jawa alon –
alon pokok kelakon. Semoga akhir bulan ini kami sudah bisa benar-benar pindah,
kedepan semoga Allah berkahkan rizki kami untuk bisa segera melunasi rumah
kami. Semoga kami bisa menjadikan rumah ini bernuansa surgawi.
in a marriage, typically there is a saver and spender. Neither is right
or wrong. Each need the other for balance and peace. Habiskan gajimu,
dijalan yang benar.
- Baiti Jannati -