" Yulia, mrene nduk..ngerewangi ibu masak..iris bawangnya, siapin bumbunya, nanti ibu dekte.."suara ibu setengah berteriak dari arah dapur.
" Haduh..huffth " saya yang ogah-ogahan, menggerutu tanpa suara..begitu malas menuju dapur..
Masih ingat dulu, sejak kecil bahkan saat saya masih duduk di kelas 4 SD..Ibu selalu menyuruh saya untuk membantunya masak didapur..disuruh iris bawang, ngupas kunyit, motongin sayur, bahkan terkadang hanya disuruh melihat dan menemani saja..
Huffft..!! saya sering protes. tentu saja..waktu bermain koq disuruh bantu masak. Film kartun lagi seru-serunya koq diajarin bikin bumbu tempe goreng.
Saya pernah protes keras kepada Ibu, manyun...dan siap mendemo...saya merasa Ibu mengada-ada..hanya untuk bikin sambal bunga turi aja, ibu tetap memanggil, minta bantuan saya. Padahal jika dilihat, 10 menit dengan usaha ibu sendiri juga siap tuh makanan..."Ergggh,menyebalkan..!" lagi-lagi gerutu saya dalam hati..
melihat muka saya yang masam..lebih masam dari asam muda sekalipun..Ibu berkomentar.
" Ibu, manggil kamu setiap masak, bukan karena butuh bantuan. Ibu mau ngajarin kamu..biar nanti terbiasa..jadi anak wadon itu malu kalo gak bisa masak..kamu perempuan, anak pertama. setinggi apapun pendidikan tetep harus bisa masak..lah nanti kalo ibu sakit tiba2..sing masakno bapakmu sama adek2mu sopo.."
Ibu terdiam sejenak. lalu melanjutkan bicaranya
" Terus..lah nanti kalo sudah nikah, iya kalo suami mu orang kaya, bisa sewa pembantu buat masakin,,lah kalo enggak? "
Saya menelan ludah. dengan muka yang masih masam. .sebab, saat itu saya tidak benar-benar memikirkan kata-kata Ibu. Bagi saya, tak ubahnya saya hanya sedang diomelin saja..
Kini, 10 tahun lebih dari pembicaraan tersebut..saat saya hampir 23 tahun. Saya baru menyadari bahwa perbuatan dan perkataan ibu tersebut, tidak ada sedikitpun yang salah darinya.
Saat ibu sakit, saya tidak kesulitan masak makanan apapun..bapak dan adek masih tetap terladeni seperti biasanya..
Saat saya harus kuliah jauh dari rumah dan memutuskan nge-kost..saya bisa menghemat banyak uang, karena saya terbiasa masak makanan sendiri..
Dan kini, saat usia saya menuju siap membangun rumah tangga...saya tidak merasa risau dengan kegiatan yang ditakuti hampir oleh sebagian kawan-kawan saya tersebut. Bahkan banyak juga sebagian dari mereka yang mencari dalil-dalil bahwa memasak bukan segalanya dalam rumah tangga. saya membenarkan, namun mungkin sedikit tidak mensepakati..hehehe
Jihad dapur, tidak hanya dimulai saat kita sudah akan atau telah menikah saja..memasak bukan hanya urusan suami dan anak-anak kita sendiri. Namun juga orang tua dan saudara-saudara kita.
Jihad dapur bisa dimulai sedini mungkin. Terutama bagi perempuan.
Sebab..perempuan patut berbenah, sudah banyak pekerjaan kita yang dijalankan oleh laki-laki.
Juru masak laki-laki...
Pengajar laki-laki..
Designer laki-laki..
Make up dan ahli kecantikan laki-laki....lalu apalagi? :)
Jihad dapur memiliki makna lebih dalam dari hanya sekedar urusan perut..
ada bakti, kasih sayang dan kesadaran sebagai seorang perempuan..
kapan memulainya? sekarang..sedini mungkin, selagi kita bisa...tidak peduli kita masih lama menikah, akan menikah, atau sudah menikah..
tidakkah cukup aneh rasanya, jika nanti anak-anak kita berujar..
" Huumm, lebih enak masakan ayah dari pada masakan bunda!" atau
" Enakan masakan bibi (PRT) ah..daripada masakan mama!"
Nah loh ..!