Senin, 15 April 2013

Kontemplasi, untuk saya, dan kita muslimah..

How Can we contribute to the world if we fail to contibute to our family?

Sepertinya kalimat tanya tersebut tepat untuk mengawali tulisan saya ini. Pagi ini, saat saya mengantar keponakan berangkat ke PAUD nya tercinta..ada hal yang mengusik hati saya. .yang sebenarnya sudah mengusik sejak kemarin-kemarin setiap saya mengantar dedek ke sekolah.

Diantara teman-teman si kecil Amanda (nama keponakan saya), ada satu anak yang menarik perhatian saya. Namanya Hikmah (bukan nama sebenarnya), gadis cantik berumur 4 tahun. Setiap pagi selalu terlambat datang kesekolah, jika tidak terlambat, pasti datang dengan terburu-buru. Dengan kondisi tidak menyenangkan. Si anak menangis atau tidak mood masuk kelas..guru-guru harus berusaha keras untuk membujuknya... dan itu berlangsung hampir setiap hari.

*sekolah ponakan saya ini mengijinkan para bunda menunggu di luar kelas, jadi kalo istirahat anak-anak bisa bermain bersama bunda atau pengasuhnya masing2.

Belum lagi, jika diperhatikan..baju si anak terlihat tidak pernah disetrika, terlihat kucel dan kumuh, tidak pernah membawa bekal. Saat anak2 yang lain membawa bekal dari rumahnya masing2 dengan bento box yang berwarna-warni dan masakan enak dari bunda masing-masing, disaat itu pula saya tidak pernah melihat si kecil Hikmah membawa bekal. .

Jika pun membawa bekal selalu berupa makanan ringan penuh MSG, minuman2 isotonik seperti mizone, pocarysweat serta teh dalam botol yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi anak usia batita sering-sering.

Saat berangkat sekolah si kecil Hikmah selalu diantar laki-laki yang belakangan saya ketahui adalah sang ayah, itupun setiap pagi saya disuguhi adegan kucing2an antara ayah dan anak, dibantu guru-guru dan bahkan kadang saya, agar Hikmah mau ditinggal dan si ayah bisa segera berangkat bekerja..

lagi-lagi saat saya melihat si ayah, saya terusik, sebab hal sama juga saya dapati pada beliau, baju kerja yang terlihat tidak disetrika dan wajah yang tidak pernah terlihat segar..

hal-hal tersebut tentu menimbulkan pertanyaan besar pada diri saya. Siapa kah Ibu dari si kecil Hikmah dan Istri dari bapak ini? kenapa tidak pernah terlihat mengantar? bahkan hikmah tidak pernah ditungguin seperti anak-anak yang lain, jika pulang sekolah selalu dititipkan kepada tetangga.

Sempat saya berfikir, Hikmah adalah seorang anak piatu...astagfirullahalaadzim..


Kembali kepada pagi ini, yang semakin membuat saya terusik. Tidak seperti biasanya, Hikmah diantar dan ditunggui seorang wanita, saat saya tanya pada seorang ibu disebelah saya.."niku sinten nggih bu?" sang ibu menjawab : "oh itu mamanya Hikmah mbak, memang jarang ke sekolah "

DONG DENG DIEER...saya sedikit shock (hehe lebay) sempat tidak percaya, kenapa? sebab beliau akhwat teman-teman, berjilbab lebar dan berkaos kaki, sama seperti saya..!! MasyaAllah..

saya sempat tidak menyangka jika si kecil Hikmah, yang menurut saya tidak terurus, mempunyai Bunda seorang akhwat, dengan simbol2 Islam yang melekat pada tubuhnya. Seketika saya langsung merasa sedih. ;(

pertanyaan saya lanjutkan, "kerja toh buk beliau"? kata sang ibu, "iya mbak jadi dosen setahu saya, ndak tahu juga sih... saya walau tetangganya gak begitu kenal. ya begitu itu mbak, kegiatannya banyak, anaknya banyak, jarang dirumah, tapi ndak pernah masak, saya sering lihat pagi, siang, malam suka beli makanan di warung. kyaknya sih ndak bisa masak "

dalam hati saya beristigfar, bukan karena mengetahui kenyataan yang baru saja saya dengar..

namun, karena pertanyaan saya justru membuat ibu itu banyak berkomentar, padahal pertanyaan saya sederhana. Hal tersebut membuat kami terlihat seperti melakukan pergunjingan..astagfirullahalaadzim

saya hanya tersenyum, tidak mw lagi melanjutkan pertanyaaan. tidak juga mw menebak-nebak serta ingin tahu lebih lanjut. Lantas berpamitan kepada sang Ibu. Pergi berlalu mengambil sepeda. Beranjak pulang. Nanti jam istirahat saya kembali.

Entah mungkin banyak hal yang tidak saya tahu, saya juga tidak mau banyak menyimpulkan, karena saya sendiri tidak tahu bagaimana kondisi sesungguhnya keluarga adek Hikmah.

Yang jelas, selama perjalanan pulang,sambil mengayuh sepeda, saya banyak2 berdoa, semoga kelak saya menjadi Ibu dan Istri yang tidak hanya luar biasa diluar, tapi berguguran, di rumah, di dapur, di hati anak-anak, dan di hati suami saya..nauudzubillah...

Mari kita wanita, dan khususnya kita muslimah berazzam dalam hati untuk terus belajar dan memperbaiki diri..semoga kita memiliki keluarga surgawi dan bernilai positif dimata dunia.